Keberadaan Nama Para Keluarga Tionghoa Indonesia

Keberadaan Nama Para Keluarga Tionghoa Indonesia

Keberadaan Nama Para Keluarga Tionghoa Indonesia – Indonesia terdiri dari berbagai sekian banyak suku termasuk juga Tionghoa, yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Mereka hidup di Indonesia sebagai bagian dari suku dan budaya terkaya di Indonesia sejak dahulu kala.

Seperti halnya suku lain di Indonesia, Tionghoa memiliki nama dan karakter khas yang membuat mereka berbeda dari yang lain. Tidak hanya budayanya yang unik tetapi juga nama keluarga Tionghoa mereka sebagai jenis tradisi penamaan Indonesia yang paling unik. Seiring berjalannya waktu, suku Tionghoa yang ada di Indonesia telah berganti nama Tionghoa Indonesia. Itu menjadi bahasa Indonesia Tionghoa, yang secara khusus berubah karena beberapa alasan di masa lalu sejarah Indonesia.

Kali ini dalam pembahasan ini akan memberitahukan Anda mengenai nama belakang Tionghoa Indonesia yang masih ada hingga sekarang. Simaklah berikut ini. https://3.79.236.213/

1. Sejarah

Keberadaan Nama Para Keluarga Tionghoa Indonesia

Sejarah Tionghoa di Indonesia dimulai sejak dahulu kala dan mereka memiliki tradisi penamaan yang khas. Pada nama Tionghoa, ada fenomena khusus tentang namanya berdasarkan suku asalnya. Umumnya orang Tionghoa di Indonesia berasal dari provinsi Fujian di Tiongkok atau lebih populer dengan provinsi Hokkian. Itu karena suku Tionghoa di Indonesia menggunakan aksen Hokkian.

Nama keluarga yang umum digunakan di kalangan Tionghoa Indonesia adalah Cia / Tjia, Gouw / Goh, Kang / Kong, Lauw / Lau, Ong, Tio / Thio / Theo / Teo, dan masih banyak lagi.

2. Aturan

Ada beberapa aturan khusus tentang bagaimana suku Tionghoa memberikan nama kepada keturunannya berdasarkan nama belakang mereka. Pertama, berdasarkan tradisi Xing, orang Tionghoa akan memilih nama belakang mereka berdasarkan garis keturunan ibu. Misalnya Ji, Jiang, Yao, dan masih banyak lagi.

Kedua, berdasarkan nama dinasti atau negara bagian mereka, seperti Lu, Zhao, Qi, Song, Chu, Yuan, dan banyak lagi. Yang ketiga, berdasarkan luas kota yang diberikan kaisar kepada para bangsawan yang telah dituntut. Misalnya Wei, Qin, dan masih banyak lagi.

Keempat, berdasarkan nama desa kehidupan mereka, seperti Pei, Lu, Hao, dan masih banyak lagi. Kelima, berdasarkan kedudukan Kerajaan seperti Si Tu, Si Kong, Si Ma, dan masih banyak lagi.

3. Evolusi

Berdasarkan literatur lama Tionghoa, nama keluarga Tionghoa Indonesia telah berubah dari aslinya menjadi lebih Indonesia sejak orde baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Presiden menyarankan kepada seluruh suku Tionghoa yang ada di Indonesia untuk mengganti namanya menjadi lebih Indonesia sehingga menjadi bagian dari budaya Tionghoa di Indonesia.

Ia mengklaim bahwa tidak ada undang-undang yang mengatur perubahan nama keluarga, tetapi selama insiden G30S, mereka memutuskan untuk melakukannya. Peristiwa pergantian nama keluarga kemudian menjadi kontroversi di kalangan suku Tionghoa.

Tahun demi tahun berlalu, maka sebagian besar suku Tionghoa terbiasa dengan nama keluarga yang diubah dengan santai. Saat ini, meskipun etnis Tionghoa telah menjadi suku resmi di Indonesia, namun masyarakat masih menggunakan nama belakang Tionghoa Indonesia karena beberapa alasan. Namun, sebagian orang memutuskan untuk menggunakan marga asli Tionghoa mereka hanya untuk acara keluarga seperti pada perayaan tahun baru Imlek di Indonesia.

4. Proses

Keberadaan Nama Para Keluarga Tionghoa Indonesia

Mengubah nama keluarga dari nama asli menjadi lebih Indonesia tentunya tidaklah mudah. Menghadapi kehidupan sosial yang keras di Indonesia dengan stigma buruk sebelum aturan baru disahkan di Indonesia, membuat sebagian orang Tionghoa mengalami masalah dilematis yang serius. Beberapa orang mengklaimnya karena asimilasi budaya Indonesia, tetapi kebanyakan orang juga berpikir bahwa mereka terpaksa melakukannya.

Kasus bermasalah ini menjadi semakin kontroversial pada tahun 1966 ketika kaum nasionalis Indonesia seperti KAMI dan organisasi KAPPI menyebut anti-Tionghoa. Saat itu, ada orang penting, Yap Thiam Hen, seorang pengacara HAM Tionghoa Indonesia tidak pernah mengganti namanya sampai kematiannya.

Yap Thiam Hen menyerukan kepada masyarakat bahwa tidak ada perbedaan nasionalisme berdasarkan namanya. Itulah sebabnya beberapa suku Tionghoa masih lebih suka menggunakan asal dan nama belakang Tionghoa asli mereka.

5. Aturan Baru Di Indonesia

Di Indonesia dulu ada undang-undang yang tertulis dalam Inpres no. 26/1998 untuk berhenti menggunakan istilah Pribumi (Pribumi Indonesia) dan Non-Pribumi (Non Pribumi) yang mengacu pada suku Tionghoa. Undang-undang tersebut dikeluarkan oleh Presiden B.J Habibie pada tanggal 16 September 1998 untuk meredam kekacauan yang terjadi pada krisis tahun 1998.

Sejak saat itu, orang Indonesia taat dan patuh bahwa setiap suku di Indonesia memiliki hak yang sama di bawah hukum. Belakangan, pada 9 Mei 1999, presiden juga mengeluarkan undang-undang yang tertuang dalam Inpres no. 4/1999. Hal itu dilakukan untuk mencabut persyaratan SKBRI dan meninjau batasan kursus bahasa Mandarin.

Kemudian, pada 17 Januari 2000, pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, ada juga undang-undang baru yang dituangkan dalam Keppres No. 6/2000. Disebutkan Keputusan Presiden (KEPPRES) tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.

6. Nama belakang Tionghoa Indonesia

Saat ini banyak sekali marga Tionghoa Indonesia yang ada di Indonesia. Entah berasal dari nama asimilasi atau nama asal yang menjadi legal digunakan di Indonesia, nama mereka menjadi salah satu budaya terkaya di suku bangsa Indonesia.